- 2 Orang Tewas dan Puluhan Orang Terluka Dalam Insiden Teror Dipasar Natal, Jerman
- Kitab Merah Turkiye Mendapat Pembaruan
- Kereta Api Populer Eastern Express di Turkiye akan Melayani 60 Perjalanan Musim Dingin
- Hadiri KTT D-8, Presiden Prabowo Tegas Serukan Persatuan Negara Muslim
- Warga Ilegal Israel Membakar Masjid di Tepi Barat, Gaza
- Mahkamah Internasional meminta Tegaskan Kewajiban Israel terhadap Misi Kemanusiaan PBB di Gaza
- Pakar Hukum Spanyol Ramai-ramai Bikin Petisi Desak Embargo Senjata Terhadap Israel
- Pastikan Kelancaran Saat Libur Nataru, Wapres Gibran Tinjau Proyek Stasiun KCIC Karawang
- BMKG Himbau Masyarakat Waspada Terhadap Cuaca Ekstrem Menjelang Perayaan Natal
- Terkait Pembunuhan Jendral Nuklir, Indonesia jadi Sorotan Media Rusia
PM Jepang Prihatin Lebih Banyak Bom Dijatuhkan di Gaza dari pada Perang Dunia II di Tokyo
Keterangan Gambar : Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba
Jakarta - Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba, mengutarakan penyesalannya atas serangan Israel di Jalur Gaza, dan menyebut kejadian itu "sangat menyayat hati,". Pernyataan Ishiba disampaikan pada Kamis, 28 November 2024,setelah menerima informasi dari Seita Akihiro, direktur kesehatan UNRWA.
“Adalah sangat menyedihkan bahwa bom yang dijatuhkan di Gaza jauh lebih banyak dibandingkan bom yang dijatuhkan di Tokyo selama serangan udara besar-besaran Amerika Serikat pada Perang Dunia II,” kata Ishiba seperti dikutip NHK News.
Baca Lainnya :
- Seruan Presiden Erdogan ajak negara-negara Muslim satukan kekuatan hentikan Israel0
- Kanada janjikan bantuan kemanusiaan untuk Gaza dan Tepi Barat Rp792,7M0
- Parlemen Inggris desak pemerintah jatuhkan sanksi terhadap Israel0
- Benteng Seddulbahir Turkiye di Canakkale memenangkan Penghargaan Dezeen0
- Ski Menjadi Olahraga Musim Dingin Utama di Turki0
Menurut pejabat di Gaza, tentara Israel telah menjatuhkan 18.000 ton bom di Jalur Gaza sejak Oktober lalu, atau sekitar 1,5 kali kekuatan ledakan bom yang dijatuhkan di Hiroshima, Jepang, selama Perang Dunia II.
Selama Perang Dunia II, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Hiroshima pada 6 Agustus 1945, yang menewaskan 140 ribu orang. Tiga hari kemudian, bom lain menghantam Nagasaki, menewaskan 70 ribu orang. Jepang menyerah pada 15 Agustus 1945, sekaligus mengakhiri Perang Dunia II.
Akan tetapi, Ishiba menegaskan Tokyo "harus terus memberikan bantuan" kepada UNRWA meskipun Israel melarang badan PBB tersebut beroperasi di wilayahnya. Seraya menekankan pentingnya melanjutkan aktivitas UNRWA, Ishiba mengatakan pihaknya "akan terus menyampaikan posisi Jepang terkait isu ini."
Seita, yang berasal dari Jepang, mengatakan kepada Ishiba bantuan kemanusiaan Jepang diterima dengan baik di seluruh dunia. Israel melancarkan perang yang disebut genosida terhadap Gaza setelah serangan 7 Oktober 2023 oleh Hamas. Serangan Israel di seluruh Gaza telah menewaskan lebih dari 44.300 orang, yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, serta melukai lebih dari 104.900 orang.
Tahun kedua genosida di Gaza ini menimbulkan kecaman internasional yang semakin meluas, dengan sejumlah pejabat dan institusi menyebut serangan dan blokade bantuan Israel di wilayah kantong itu sebagai upaya sistematis untuk memusnahkan penduduk Palestina.
Bantuan untuk Lebanon
Sementara itu, Tokyo pada Jumat, 29 November 2024, menyatakan akan mengirim bantuan kepada UNHCR untuk pengungsi di Lebanon. Di bawah Undang-Undang Kerjasama Perdamaian Internasional, Jepang akan menyediakan 6.500 selimut, 6.500 tikar tidur, dan 2.500 lembar plastik sesuai permintaan UNHCR.
Kementerian Luar Negeri Jepang dalam sebuah pernyataan menyebut kontribusi ini mendukung upaya kemanusiaan UNHCR yang sedang berlangsung di tengah tantangan yang semakin besar dalam membantu populasi pengungsi di Lebanon.
Menurut otoritas kesehatan Lebanon, lebih dari 3.960 orang tewas dan lebih dari 16.500 orang terluka dalam serangan Israel di Lebanon, dengan lebih dari 1 juta orang mengungsi sejak Oktober tahun lalu. Berdasarkan ketentuan gencatan senjata yang mulai berlaku pada Rabu dini hari, 26 November 2024, Israel akan menarik pasukannya ke selatan Garis Biru sebagai perbatasan de facto secara bertahap, sementara tentara Lebanon akan dikerahkan ke wilayah selatan Lebanon dalam waktu 60 hari.