- Kunjungan Presiden Erdogan ke Indonesia: 13 Perjanjian, Fakta, dan Peluang bagi Dunia Bisnis Turki
- Presiden Erdogan Hadiahi Prabowo Mobil Listrik Sebagai Simbol Persahabatan
- Poin Kesepakatan antara Indonesia dan Turkiye saat Kunjungan Presiden Erdogan di Istana Kepresidenan
- Momen Prabowo Satu Payung Berdua dengan Presiden Turkiye Erdogan
- Tiba di Indonesia, Presiden Turkiye Erdogan, Disambut Langsung oleh Prabowo
- Presiden Erdogan Kunjungi Malaysia Sebelum Menyambangi Indonesia
- TurkAseanCham: Selamat Datang di Indonesia kepada Presiden Erdogan dan Ibu Negara
- Pemprov Bogor: Penyambutan Presiden Erdogan di Istana Bogor Diklaim Sangat Meriah
- Jelang Kedatangan Presiden Erdogan
- Striker Brasil Gabung Klub Turki, Masih Berniat Bela Timnas Indonesia
Tokoh Muhammadiyah Dijuluki Turki Muda

Jakarta - Dalam pengajian rutin Malam Selasa, Ketua Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), Budi Setiawan, menerangkan tentang pengaruh tokoh-tokoh ‘Turki Muda’ dalam sejarah gerakan Muhammadiyah.
Kajian yang dilakukan pada Selasa (26/10) di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta ini merupakan kelanjutan dari pembahasan pada bulan Agustus lalu, yang menyentuh jejak ideologis tokoh-tokoh Muhammadiyah yang dikenal dengan julukan ‘Turki Muda’.
Baca Lainnya :
- Gunung Lewotobi Laki-laki Erupsi Lagi, Muntahkan Abu Vulkanik dan Hujan Batu0
- Turki Larang Penayangan Film Bertema LGBTQI, Queer0
- Tiba di China, Prabowo Akan Bertemu Xi Jinping Malam Ini0
- PP Muhammadiyah Sambut Baik Kunjungan ELCA0
- Asosiasi Zakat dan Wakaf Nigeria Puji Kiprah Muhammadiyah untuk Dunia0
Budi Setiawan menegaskan pentingnya menghargai peran tokoh-tokoh ‘Turki Muda’ dalam Muhammadiyah, yang dikenal sebagai pembawa semangat modernisasi dan pembaruan Islam. Di antara tokoh-tokoh Muhammadiyah yang dijuluki ‘Turki Muda’ adalah Kiai Fakhrudin, Kiai Sudja, Kiai Bagus Hadikusumo, Kiai Hadjid, serta terkadang juga Kiai Mukhtar.
Budi menjelaskan bahwa istilah ‘Turki Muda’ bukan hanya sekadar label, melainkan mengandung sejarah dan nilai filosofis yang erat kaitannya dengan perkembangan Muhammadiyah. “Dalam Muhammadiyah, ada beberapa tokoh yang disebut ‘Turki Muda’. Ini
merujuk pada masa sekitar 1915, saat gerakan Turki Muda di Turki turut memengaruhi semangat modernisme dan pembaruan Islam di Indonesia,” ujar Budi.
Gerakan Jön Türkler atau Turki Muda ini merupakan kelompok oposisi luas di akhir Kekaisaran Ottoman. Keberhasilan mereka mencapai puncaknya ketika Mustafa Kemal Ataturk berhasil meruntuhkan kekhalifahan Turki Utsmani pada tahun 1926, yang turut memengaruhi pemikiran Islam progresif di Indonesia.
Mustafa Kemal Ataturk, sosok kontroversial dengan kebijakan dearabisasi di Turki, menurut Budi, pernah menjadi inspirasi bagi kalangan pembaruan Islam di Indonesia, termasuk Muhammadiyah. Ia menjelaskan bahwa sebelum kelompok Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) menyebarkan pandangan negatif tentang Ataturk, sosoknya masih dipandang sebagai tokoh pembaruan yang berani melakukan transformasi besar di dunia Islam.
Bahkan, dalam beberapa buku Muhammadiyah, pengaruh Mustafa Kemal terhadap gagasan modernisasi Muhammadiyah kerap disebutkan. “Namun, cerita-cerita keliru seperti bahwa makam Mustafa Kemal berbau busuk adalah sekadar hoaks. Faktanya, bangsa Turki tetap menghormati jasa-jasa beliau,” tambah Budi.
Mengulas lebih jauh, Budi menuturkan bahwa pengaruh Turki Muda terasa hingga di kalangan tokoh-tokoh Muhammadiyah yang mengenakan fez atau tarbus merah ala Turki, simbol kebanggaan modernitas pada masa itu. “Dulu, memakai tarbus Turki adalah simbol orang modern. Kiai Dahlan dan beberapa tokoh lain, seperti Kiai Fakhrudin, Kiai Sudja, Kiai Bagus Hadikusumo, dan Kiai Hadjid, dengan bangga mengenakannya,” terang Budi.
