- 2 Orang Tewas dan Puluhan Orang Terluka Dalam Insiden Teror Dipasar Natal, Jerman
- Kitab Merah Turkiye Mendapat Pembaruan
- Kereta Api Populer Eastern Express di Turkiye akan Melayani 60 Perjalanan Musim Dingin
- Hadiri KTT D-8, Presiden Prabowo Tegas Serukan Persatuan Negara Muslim
- Warga Ilegal Israel Membakar Masjid di Tepi Barat, Gaza
- Mahkamah Internasional meminta Tegaskan Kewajiban Israel terhadap Misi Kemanusiaan PBB di Gaza
- Pakar Hukum Spanyol Ramai-ramai Bikin Petisi Desak Embargo Senjata Terhadap Israel
- Pastikan Kelancaran Saat Libur Nataru, Wapres Gibran Tinjau Proyek Stasiun KCIC Karawang
- BMKG Himbau Masyarakat Waspada Terhadap Cuaca Ekstrem Menjelang Perayaan Natal
- Terkait Pembunuhan Jendral Nuklir, Indonesia jadi Sorotan Media Rusia
Tokoh Muhammadiyah Dijuluki Turki Muda
Jakarta - Dalam pengajian rutin Malam Selasa, Ketua Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), Budi Setiawan, menerangkan tentang pengaruh tokoh-tokoh ‘Turki Muda’ dalam sejarah gerakan Muhammadiyah.
Kajian yang dilakukan pada Selasa (26/10) di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta ini merupakan kelanjutan dari pembahasan pada bulan Agustus lalu, yang menyentuh jejak ideologis tokoh-tokoh Muhammadiyah yang dikenal dengan julukan ‘Turki Muda’.
Baca Lainnya :
- Gunung Lewotobi Laki-laki Erupsi Lagi, Muntahkan Abu Vulkanik dan Hujan Batu0
- Turki Larang Penayangan Film Bertema LGBTQI, Queer0
- Tiba di China, Prabowo Akan Bertemu Xi Jinping Malam Ini0
- PP Muhammadiyah Sambut Baik Kunjungan ELCA0
- Asosiasi Zakat dan Wakaf Nigeria Puji Kiprah Muhammadiyah untuk Dunia0
Budi Setiawan menegaskan pentingnya menghargai peran tokoh-tokoh ‘Turki Muda’ dalam Muhammadiyah, yang dikenal sebagai pembawa semangat modernisasi dan pembaruan Islam. Di antara tokoh-tokoh Muhammadiyah yang dijuluki ‘Turki Muda’ adalah Kiai Fakhrudin, Kiai Sudja, Kiai Bagus Hadikusumo, Kiai Hadjid, serta terkadang juga Kiai Mukhtar.
Budi menjelaskan bahwa istilah ‘Turki Muda’ bukan hanya sekadar label, melainkan mengandung sejarah dan nilai filosofis yang erat kaitannya dengan perkembangan Muhammadiyah. “Dalam Muhammadiyah, ada beberapa tokoh yang disebut ‘Turki Muda’. Ini
merujuk pada masa sekitar 1915, saat gerakan Turki Muda di Turki turut memengaruhi semangat modernisme dan pembaruan Islam di Indonesia,” ujar Budi.
Gerakan Jön Türkler atau Turki Muda ini merupakan kelompok oposisi luas di akhir Kekaisaran Ottoman. Keberhasilan mereka mencapai puncaknya ketika Mustafa Kemal Ataturk berhasil meruntuhkan kekhalifahan Turki Utsmani pada tahun 1926, yang turut memengaruhi pemikiran Islam progresif di Indonesia.
Mustafa Kemal Ataturk, sosok kontroversial dengan kebijakan dearabisasi di Turki, menurut Budi, pernah menjadi inspirasi bagi kalangan pembaruan Islam di Indonesia, termasuk Muhammadiyah. Ia menjelaskan bahwa sebelum kelompok Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) menyebarkan pandangan negatif tentang Ataturk, sosoknya masih dipandang sebagai tokoh pembaruan yang berani melakukan transformasi besar di dunia Islam.
Bahkan, dalam beberapa buku Muhammadiyah, pengaruh Mustafa Kemal terhadap gagasan modernisasi Muhammadiyah kerap disebutkan. “Namun, cerita-cerita keliru seperti bahwa makam Mustafa Kemal berbau busuk adalah sekadar hoaks. Faktanya, bangsa Turki tetap menghormati jasa-jasa beliau,” tambah Budi.
Mengulas lebih jauh, Budi menuturkan bahwa pengaruh Turki Muda terasa hingga di kalangan tokoh-tokoh Muhammadiyah yang mengenakan fez atau tarbus merah ala Turki, simbol kebanggaan modernitas pada masa itu. “Dulu, memakai tarbus Turki adalah simbol orang modern. Kiai Dahlan dan beberapa tokoh lain, seperti Kiai Fakhrudin, Kiai Sudja, Kiai Bagus Hadikusumo, dan Kiai Hadjid, dengan bangga mengenakannya,” terang Budi.