- Menteri Luar Negeri Turkiye: Iran Hindari Perang Skala Besar dengan Israel
- 2 Orang Tewas dan Puluhan Orang Terluka Dalam Insiden Teror Dipasar Natal, Jerman
- Kitab Merah Turkiye Mendapat Pembaruan
- Kereta Api Populer Eastern Express di Turkiye akan Melayani 60 Perjalanan Musim Dingin
- Hadiri KTT D-8, Presiden Prabowo Tegas Serukan Persatuan Negara Muslim
- Warga Ilegal Israel Membakar Masjid di Tepi Barat, Gaza
- Mahkamah Internasional meminta Tegaskan Kewajiban Israel terhadap Misi Kemanusiaan PBB di Gaza
- Pakar Hukum Spanyol Ramai-ramai Bikin Petisi Desak Embargo Senjata Terhadap Israel
- Pastikan Kelancaran Saat Libur Nataru, Wapres Gibran Tinjau Proyek Stasiun KCIC Karawang
- BMKG Himbau Masyarakat Waspada Terhadap Cuaca Ekstrem Menjelang Perayaan Natal
Turki Siap Bantu Pembangunan Insfrastruktur Hingga Atasi Krisis Energi di Suriah
Keterangan Gambar : Ilustrasi, serangan udara rezim Assad ke kota Douma menewaskan lebih dari 100 orang. (Reuters/Bassam Khabieh)
Jakarta - Turki nyatakan siap bantu kebutuhan atasi krisis energi yang di alami Suriah dan memulai kembali pembangunan pasca tumbangnya Rezim Assad, pernyataan tersebut diucapkan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Alam, Alparslan Bayraktarer seusai rapat Kabinet kepada awak media.
"dampak perang saudara selama 13 tahun menyebabkan hancurnya kondisi infrastuktur higga buruknya pasokan energi di Suriah. Kondisi itu membuat Suriah bergantung pada impor dari Iran" Ucap Bayraktarer, dalam keterangan persnya.
Baca Lainnya :
- Bashar al Assad beserta Keluarga Kabur ke Moskow, Rusia Beri Tawaran Suaka0
- Perkuat Hubungan Ekonomi dengan Indonesia. Duta Besar RI New Delhi Kunjungi Menteri Perdagangan, Bud0
- Rusia sebut alasan Bashar al-Assad Putuskan untuk Mundur dan tinggalkan Suriah0
- Saham-saham konstruksi di Turki melonjak imbas Suriah0
- Warga Suriah yang berada di Turki segera Kembali pasca Tumbangnya Rezim Assad0
Terjadi bentrokan pada tanggal 27 November hingga 7 Desember antar rezim rezim Assad dengan pihak oposisi, yang berdampak padamnya listrik hingga infrastruktur yang lumpuh menjadi PR yang harus diselesaikan Suriah dalam beberapa generasi ke depan.
"Listrik merupakan kebutuhan penting. Infrastrukturnya sangat kurang – hampir tidak ada apa pun yang tersedia," kata Bayraktar.
Seperti diketahui, bahwa Kekuasaan selama 61 tahun Partai Baath di Suriah akhirnya tumbang pada Minggu (8/12), setelah rezim Assad jatuh ke tangan kelompok oposisi.
Dilansir dari Anadolu, jalan menuju runtuhnya rezim Assad, berawal dari bentrokan pada 27 November hingga 7 Desember antar dua kelompok yakni, kelompok rezim Assad dengan kelompok oposisi.
Hingga akhirnya kekuasaan Partai Baath selama 61 tahun berakhir, dan Assad meninggalkan ibu kota. Dalam hal ini kantor Pemerintah Rusia, Kremlin menyatakan membiarkannya atas situasi di Suriah saat ini.
Menurut laporan kantor berita negara Rusia, TASS, Pemerintah yang digulingkan akhirnya meninggalkan Suriah. Bashar al-Assad, beserta keluarganya melarikan diri ke Moskow.
Bayraktar menyatakan bahwa, Presiden Recep Tayyip Erdoğan menegaskan Ankara siap mendukung pembangunan di Suriah.
Ia menekankan pentingnya pemanfaatan energi untuk kebutuhan atasi krisis energi dalam hal ini pasokan listrik yang padam.
Tak hanya itu, Turki menyatakan siap membantu pembangunan kembali pada infrastruktur Suriah, meski belum menerima permintaan bantuan resmi.
“Belum ada permintaan resmi dari Suriah, namun wacana publik seputar masalah ini tampaknya mulai terbentuk. Meski belum ada langkah resmi yang diambil, kami akan siap,” kata Bayraktar.
Menteri Bayraktar, juga mengungkapkan potensi kebangkitan kembali masa lalu yang mengangkut gas alam Qatar ke Eropa melalui Suriah dan Türkiye. Proyek pipa tersebut dapat menghubungkan negara-negara Eropa dan Turki ke Qatar melalui Arab Saudi, Yordania, dan Suriah.
Fakta tentang sektor energi Suriah
Menurut sumber yang dikutip dari dailysabah, Suriah tidak mengekspor minyak sejak akhir tahun 2011, ketika sanksi internasional mulai berlaku, dan menjadi tergantung pada impor bahan bakar dari Iran untuk menjaga pasokan listrik tetap berjalan.
Sebelum sanksi, Suriah memproduksi sekitar 383.000 barel per hari (bpd) minyak dan cairan, menurut analisis sebelumnya oleh Badan Informasi Energi AS (EIA).
Produksi minyak dan cairan turun menjadi 40.000 barel per hari pada tahun 2023, menurut perkiraan terpisah dari Institut Energi.
Produksi gas alam turun dari 8,7 miliar meter kubik (bcm) pada tahun 2011 menjadi 3 bcm pada tahun 2023, menurut perkiraan BP dan Energy Institute.
Shell dan TotalEnergies adalah perusahaan energi internasional utama yang beroperasi di negara tersebut.
Siapa yang mengendalikan ladang minyak dan gas?
Suriah Utara telah menderita akibat pendudukan kelompok teroris PKK di Suriah, YPG, yang memanfaatkan kekuatan yang disebabkan oleh perang saudara dan mempertahankan wilayah negara dengan kedok memerangi Daesh dengan dukungan AS sejak tahun 2015.
Kelompok ini juga menguasai sumur minyak di wilayah tersebut yang terbesar di Suriah dan telah menyelundupkan minyak ke rezim Suriah meskipun ada sanksi AS, untuk menghasilkan pendapatan bagi aktivitasnya.
Blok 26, yang dioperasikan oleh grup energi GulfSands Petroleum yang berkantor pusat di Inggris di Suriah timur laut, saat ini berada dalam kondisi force majeure karena sanksi Inggris. GulfSands mengatakan aset-aset tersebut tetap dalam "kondisi baik dan layak untuk dioperasikan,"
menambahkan bahwa "persiapan untuk masuk kembali sudah sangat maju ketika izin mengizinkan dimulainya kembali operasi."
Suncor Energy Inc. asal Kanada menghentikan operasinya di Suriah pada tahun 2011. Aset utamanya adalah pengembangan Ebla yang terletak di Cekungan Gas Suriah Tengah yang mencakup lebih dari 300.000 hektar (sekitar 1.251 kilometer persegi).
Ladang gas tersebut memproduksi 80 juta kaki kubik gas alam per hari. Ladang tersebut juga mengoperasikan proyek ladang minyak Ebla, yang mulai memproduksi sekitar 1.000 barel minyak per hari pada bulan Desember 2010.
Departemen Keuangan AS menjatuhkan sanksi pada tahun 2018 terhadap perusahaan Rusia Evro Polis Ltd, yang dikatakan memiliki kontrak dengan rezim Suriah untuk melindungi ladang minyak dengan ketidakseimbangan 25% bagian produksi minyak dan gas dari ladang tersebut.
Sebuah sumber Timur Tengah yang mengetahui masalah tersebut mengatakan kepada Reuters pada hari Senin bahwa ladang Ebla masih di bawah kendali militer Rusia.
Evro Polis sebelumnya dikuasai oleh Yevgeniy Prigozhin, mendiang kepala kelompok tentara bayaran Wagner Rusia yang aktif di Suriah dan perang di Ukraina. Sumber tersebut mengatakan militer Rusia mengambil alih kendali ladang-ladang tersebut setelah kematian Wagner di Suriah.