- Respon KAI Terkait Aktivitas Asusila di Area Jalur Kereta Api
- Presiden Prabowo Umumkan Pemberian THR dan Gaji ke-13 bagi 9,4 Juta Aparatur Negara
- Jadi Buronan, Mantan Presiden Filipina Duterte Akhirnya Ditangkap
- Ilmuan Temukan Bahtera Nabi Nuh di Turkiye
- Erdogan: Turki Tak Akan Biarkan Peta Suriah Diubah
- Turkiye Blokir Israel dalam Keikutsertaan Latihan Militer NATO
- Diawali dengan Dentuman Meriam, Tradisi Unik Berbuka Puasa di Istanbul
- Aktres Film Dewasa asal Jepang, resmi Menjadi Mualaf
- Pemerintah Umumkan Kebijakan THR dan Bonus Hari Raya
- Kisah Penggembala Muslim, Perantau asal Turki kini Miliarder
Turkiye Targetkan Jadi Pusat Wisata Kesehatan di Dunia

Keterangan Gambar : Foto Anadolu
Jakarta - Tak hanya dalam bidang ekspor-import yang sukses meningkatkan ditahun ini, Turkiye juga berambisi menjadi pusat wisata kesehatan global dengan target pendapatan USD 20 miliar atau setara dengan Rp 306 triliun pada 2028. Negara ini menawarkan perawatan medis terjangkau dan berkualitas.
Mengutip laporan Azzet, pada hariRabu (22/1) saat ini pendapatan global dari wisata kesehatan diperkirakan mencapai sekitar USD 100 miliar USD (Rp 1,53 quadriliun) dan diperkirakan akan meningkat menjadi USD 127 miliar atau sekitar Rp 1,9 quadriliun pada 2028.
Baca Lainnya :
- Menlu RI: Indonesia Tolak Usulan Trump buat Relokasi Warga Gaza ke RI0
- Business Matching Menuju Pameran Amazing Indonesia ke-2 di Jeddah0
- Menteri Pertahanan RI dan RRT Perkuat Kerja Sama Strategis Bidang Pertahanan0
- Peresmian Perdagangan Karbon Internasional 0
- Menghubungkan ASEAN dengan Turki: Visi Strategis TurkAseanCham untuk Perdagangan Regional0
Nah, Turkiye ingin merebut kue wisata kesehatan dunia itu sebanyak-banyaknya. Menurut Nomad Capitalist, sebuah perusahaan konsultan keuangan internasional, wisata kesehatan di Turki bisa lebih terjangkau ketimbang Amerika Serikat (AS) atau Eropa.
Dia mengatakan prosedur medis yang biayanya dapat mencapai enam digit di negara-negara seperti Amerika Serikat (AS) atau Eropa seringkali hanya membutuhkan biaya empat digit di tempat-tempat seperti Turki.
"Selain itu, rumah sakit di destinasi wisata medis populer ini memiliki dokter-dokter yang sangat terlatih dan fasih berbahasa Inggris, bahkan kadang-kadang lebih baik dari yang ada di negara asal Anda, " ujar penasihat keuangan di perusahaan itu.
Perusahaan tersebut juga mendirikan agen di Turki untuk mempromosikan biaya perawatan kesehatan yang lebih terjangkau kepada calon wisatawan medis dari negara-negara maju yang harga perawatan kesehatannya semakin melambung.
Turki menduduki peringkat kelima dalam daftar 10 negara teratas untuk perawatan medis menurut Nomad Capitalist, setelah India, Thailand,Malaysia, dan Singapura.
"Di Turki, Anda dapat menemukan pusat perawatan kesehatan kelas dunia, spa, dokter gigi, dan ahli bedah kosmetik," tulis perusahaan tersebut.
"Negara ini juga terkenal dengan spesialis mata yang menawarkan prosedur perawatan mata dengan biaya terjangkau, yang hanya sekitar USD 3.000 (Rp 45 juta) jauh lebih murah dibandingkan dengan biaya di negara-negara Barat," lanjut pernyataan itu.
Manajer Umum USHAS, Behlul Unver, mengungkapkan bahwa Turki memiliki potensi besar dalam sektor pariwisata kesehatan dan telah melaksanakan berbagai proyek visioner untuk masa depan.
"Turki merupakan tujuan utama untuk transplantasi rambut dan masuk dalam 10 besar negara penyedia layanan transplantasi organ. Dokter-dokter di Turki juga mampu melakukan berbagai prosedur estetika. Selain itu, perawatan mata dan gigi juga sangat diminati di negara ini," kata dia.
Bukan hanya wisata kesehatan, bagi Unver, Turki juga memiliki fasilitas mumpuni lainnya untuk sektor pariwisata lainnya semisal pariwisata ramah disabilitas.
"Turki tidak hanya menganggap wisata kesehatan sebagai sektor medis, namun juga mencakup wisata termal, wisata untuk penyandang disabilitas, wisata usia lanjut, serta praktik hidup sehat," ujar Unver.
Pada tahun 2023, Turki berhasil memperoleh 3,1 miliar USD (47 triliun lebih) dari sektor pariwisata kesehatan, dengan sekitar 1,65 juta wisatawan datang untuk mendapatkan perawatan medis. Angka tersebut diperkirakan akan terus meningkat pada tahun 2024.
