- Profesor Sinan Yegul, diangkat Sebagai Wakil Presiden Bidang Hubungan Internasional, ASEAN Internasi
- Presiden Prabowo Mengaku Grogi saat Pidato di Depan Parlemen Turki
- Anindya Bakrie: KADIN Indonesia, Tergetkan Perdagangan Indonesia-Turki Mencapai 10 Miliar Dolar AS
- Usai Lawatan di Abu Dhabi, Presiden Prabowo Bertolak ke Ankara
- Prabowo: Indonesia Siap Evakuasi 1000 Warga Palestina ke Indonesia
- Presiden Prabowo Lawatan ke Kawasan Timur Tengah dan Turkiye
- TurkAseanCham Luncurkan Program Sosial Inspiratif di Indonesia: Yatim Business Academy Resmi Dimulai
- Singapura, Kerahkan Kecoa untuk Mencari Korban Gempa Myanmar
- Gelombang Masa As, Gelar Aksi Menentang Kebijakan Pemerintahan Presiden Trump
- Turki Ngamuk Ambil Alih Pangkalan T4
Miris Nyaris Tembus Rekor Terendah saat Krisis Moneter 1998, Nilai Tukar Rupiah

Jakarta - Mata uang Rupiah pada Rabu (26/3/) hampir menyentuh angka terendah terhadap dolar Amerika Serikat (US$) menyusul naiknya kekhawatiran terhadap melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Kekhawatiran lainnya karena anggaran belanja negara yang mencedereai kepercayaan investor. Indonesia adalah negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara.
Baca Lainnya :
- Media Israel Sebut akan Pindahkan Warga Palestina ke Indonesia 0
- Trump Perintahkan Penahan terhadap Mahasiswi asal Turki, Gegara Pro Hamas 0
- Ada Apa, Jepang Siapkan Rencana Evakuasi 120.000 Orang di Pulau Dekat Taiwan?0
- Perdana Jepang Bantu Perawatan Medis untuk Gaza0
- Pererat Silaturahmi TurkIndoCham Gelar Buka Puasa Bersama dan Santunan untuk Anak Yatim-piatu 0
Pada Rabu petang (26/3) nilai tukar rupiah sebesar Rp16.58/US$ atau hampir menyamai rekor terendah. Rupiah mengalami titik terendah pada 1998 saat menyentuh angka Rp16.800/US$ selama krisis keuangan di Asia atau krisis moneter. Krisis 1998 terjadi tak lama setelah jatuhnya mantan Presiden RI Soeharto.
Sebelumnya pada Selasa (25/3), Rupiah menyentuh angka terendah dalam 2,5 tahun yakni Rp16.640/US$. Walhasil, Bank Indonesia pun buru-buru melakukan intervensi agar bisa mempertahankan nilai tukar mata uang Rupiah.
Dikutip dari Reuters , sepanjang tahun ini, Rupiah telah kehilangan 3 persen kekuatannya terhadap US$ sehingga tercatat sebagai mata uang di Benua Asia dengan kinerja terburuk. Kondisi ini mendesak Bank Indonesia untuk mengambil langkah agar nilai tukar Rupiah tidak semakin terjun bebas
Oktavianus Audi, analis pasar modal dari Kiwoom Sekuritas, menilai melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (US$) mendorong beberapa sentimen.
Dalam wawancara dengan inilah.com pada Rabu (26/3), Oktavianus mengatakan ada tiga sentimen yang mendorong pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap US$. Pertama tingkat suku bunga FFR (Fractional Flow Reserve) yang masih tertahan di level 4,5 persen, sehingga mendorong inflow ke Amerika Serikat(AS) dan menekan Rupiah, meski DXY (Indexs Dolar) turun.
Sentimen kedua, defisit transaksi berjalan tahun ini melebar, seiring dengan surplus perdagangan yang stagnan menggambarkan permintaan global yang melemah. Sentimen ketiga yakni penurunan harga komoditas global.
“Kami melihat peluang pelemahan hingga resistance di level 16.827 seiring dengan sentimen-sentimen tersebut, namun dengan melihat peluang relaksasi FFR – ini dapat melonggarkan Rupiah,” ujarnya.
