- Menteri Luar Negeri Turkiye: Iran Hindari Perang Skala Besar dengan Israel
- 2 Orang Tewas dan Puluhan Orang Terluka Dalam Insiden Teror Dipasar Natal, Jerman
- Kitab Merah Turkiye Mendapat Pembaruan
- Kereta Api Populer Eastern Express di Turkiye akan Melayani 60 Perjalanan Musim Dingin
- Hadiri KTT D-8, Presiden Prabowo Tegas Serukan Persatuan Negara Muslim
- Warga Ilegal Israel Membakar Masjid di Tepi Barat, Gaza
- Mahkamah Internasional meminta Tegaskan Kewajiban Israel terhadap Misi Kemanusiaan PBB di Gaza
- Pakar Hukum Spanyol Ramai-ramai Bikin Petisi Desak Embargo Senjata Terhadap Israel
- Pastikan Kelancaran Saat Libur Nataru, Wapres Gibran Tinjau Proyek Stasiun KCIC Karawang
- BMKG Himbau Masyarakat Waspada Terhadap Cuaca Ekstrem Menjelang Perayaan Natal
Rezim Baath Suriah yang Berkuasa Selama 61 tahun Tumbang
Keterangan Gambar : Foto Anadolu
Jakarta - Kekuasaan 61 tahun Partai Baath di Suriah akhirnya tumbang pada Minggu (8/12) setelah ibu kota Damaskus lepas dari kendali rezim Assad danbjatuh ke tangan kelompok oposisi .
Dikutip dari Anadolu Agency, Partai Baath Sosialis Arab berkuasa di Suriah sejak tahun 1963 melalui sebuah kudeta.
Baca Lainnya :
- Emine Erdogan, Kebrutalan Israel sebagai Peristiwa Holocaust pasca-modern 0
- Presiden Korsel Lolos dari Pemakzulan, Mantan Menhan Malah di Tahan 0
- Presiden Suriah Melarikan Diri, Keseimbangan Suriah Berubah0
- Imah Batik Bandung Harumkan Indonesia pada World Halal Expo 2024, di Turkiye0
- KJRI Guangzhou Gelar Festival Bazaar and Business Matching 2024, pasca Pandemi0
Pada 1970, Hafiz al-Assad – ayah dari penguasa Suriah yang baru digulingkan Bashar al-Assad – merebut kekuasaan dalam kudeta internal partai dan menjadi presiden pada tahun 1971.
Setelah kematian ayahnya pada tahun 2000, Bashar al-Assad mengambil alih rezim Baath.
Kekuasaan Assad dan rezim Baath berakhir ketika kelompok anti-rezim memasuki ibu kota Damaskus, yang menjadi puncak serangkaian perkembangan cepat dan dramatis sejak akhir bulan lalu.
Ketika gerakan rakyat yang menuntut kebebasan meletus di Suriah pada tahun 2011, rezim tersebut secara keras menindak para aktivis yang memperjuangkan perubahan.
Intervensi rezim, yang menyebabkan ribuan orang terbunuh, mengubah proses tersebut menjadi perang saudara.
Sementara kelompok oposisi bersenjata terlibat dalam perjuangan panjang, rezim menolak menyelesaikan konflik melalui diplomasi dan cara damai, meskipun ada tekanan internasional, termasuk oleh aktor regional.
Setelah bentrokan yang meningkat pada 27 November, rezim kehilangan kendali atas banyak wilayah di negara itu, dimulai dari Aleppo, Idlib, dan Hama.
Akhirnya, ketika rakyat turun ke jalan di ibu kota Damaskus, pasukan rezim mulai menarik diri dari lembaga-lembaga publik dan jalan-jalan, sementara kelompok-kelompok anti-rezim meningkatkan cengkeraman mereka atas pusat kota.
Dengan diserahkannya ibu kota oleh pasukan Assad, berakhirlah 61 tahun rezim Baath yang berdarah dan 53 tahun kekuasaan keluarga Assad.
Pernyataan dari PM rezim yang runtuh
Dalam pesan video di media sosial, Mohammad Ghazi al-Jalali, perdana menteri pemerintahan Bashar al-Assad, mengatakan mereka siap bekerja dengan pemerintahan baru yang dipilih oleh rakyat di Suriah dan siap memberikan segala macam dukungan.
Mendesak agar masyarakat tidak merusak properti publik, Jalali mengatakan, “Kami mengulurkan tangan kepada pihak oposisi, yang mengatakan mereka tidak akan menyentuh siapa pun dan mengulurkan tangan kepada kami.”
“Suriah adalah milik semua warga Suriah. Negara ini bisa menjadi negara yang normal, negara ini bisa menjalin hubungan baik dengan negara tetangga dan dunia,” imbuh dia.
"Pilihan ini tergantung pada pemerintah yang akan dipilih oleh rakyat Suriah. Kami siap bekerja sama dengan pemerintah terpilih yang baru. Kami siap memberi mereka segala macam dukungan dan dengan mudah mentransfer berkas-berkas negara kepada mereka."
Pernyataan pemimpin Hayat Tahrir al-Sham
Abu Mohammed al-Jolani, pemimpin kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS), memperingatkan masyarakat agar tidak mendekati lembaga-lembaga publik di Damaskus, dan dia mengatakan di media sosial: “Lembaga-lembaga ini akan tetap di bawah pengawasan mantan perdana menteri sampai pemerintahan secara resmi diserahkan.”
“Dilarang keras mendekati tempat-tempat umum,” ujar al-Jolani, sambil menambahkan: “Menembak ke udara juga dilarang.”
Perkembangan di Suriah
Bentrokan pecah antara pasukan rezim Assad dan kelompok bersenjata anti-rezim pada 27 November di daerah pedesaan sebelah barat Aleppo, kota besar di Suriah utara.
Pada 30 November, kelompok anti-rezim menguasai sebagian besar pusat Aleppo dari pasukan rezim, dan pada hari yang sama, mereka menguasai seluruh provinsi Idlib.
Setelah bentrokan sengit pada Kamis lalu, kelompok tersebut merebut pusat kota Hama dari pasukan rezim.
Kelompok anti-rezim merebut beberapa permukiman di provinsi Homs yang strategis dan penting, pintu gerbang menuju ibu kota Damaskus, dan mulai maju ke sana.
Pada Jumat, kelompok oposisi bersenjata melancarkan operasi di provinsi Daraa di perbatasan Suriah dengan Yordania dan merebut kembali pusat kota dari pasukan rezim setelah bentrokan.
Pada Sabtu, seluruh provinsi Suwayda di Suriah selatan juga berada di bawah kendali kelompok oposisi. Pada hari yang sama, kelompok oposisi lokal di Quneitra juga menguasai pusat provinsi tersebut.
Di provinsi Homs, yang mengarah ke ibu kota, pasukan anti-rezim menguasai pusat provinsi pada hari Sabtu.
Mereka yang maju melawan pasukan rezim Assad memasuki pinggiran selatan Damaskus pada Sabtu sore. Pasukan rezim juga mundur dari Kementerian Pertahanan dan Dalam Negeri serta bandara internasional di Damaskus.
Ketika kelompok bersenjata anti-rezim mulai mendominasi ibu kota, rezim Assad pada Minggu pagi dengan cepat kehilangan seluruh kendali atas Damaskus.
Tentara Nasional Suriah yang terbentuk dalam gabungan kelompok oposisi melancarkan Operasi Fajar Kebebasan terhadap organisasi teroris PKK/YPG di daerah pedesaan Aleppo pada 1 Desember, lantas pusat distrik Tel Rifaat telah dibebaskan dari terorisme.