- 2 Orang Tewas dan Puluhan Orang Terluka Dalam Insiden Teror Dipasar Natal, Jerman
- Kitab Merah Turkiye Mendapat Pembaruan
- Kereta Api Populer Eastern Express di Turkiye akan Melayani 60 Perjalanan Musim Dingin
- Hadiri KTT D-8, Presiden Prabowo Tegas Serukan Persatuan Negara Muslim
- Warga Ilegal Israel Membakar Masjid di Tepi Barat, Gaza
- Mahkamah Internasional meminta Tegaskan Kewajiban Israel terhadap Misi Kemanusiaan PBB di Gaza
- Pakar Hukum Spanyol Ramai-ramai Bikin Petisi Desak Embargo Senjata Terhadap Israel
- Pastikan Kelancaran Saat Libur Nataru, Wapres Gibran Tinjau Proyek Stasiun KCIC Karawang
- BMKG Himbau Masyarakat Waspada Terhadap Cuaca Ekstrem Menjelang Perayaan Natal
- Terkait Pembunuhan Jendral Nuklir, Indonesia jadi Sorotan Media Rusia
Wanita Asal Tegal Ini Sukses Bisnis Warteg di Turki
Jakarta - Turki - Berawal jadi pengasuh Wanita Asal Tegal Ini Sukses Bisnis Warteg di Turki.
Kerja keras tak akan mengkhianati hasil. Kata-kata ini mungkin cocok untuk menggambarkan sosok Arum Ita Cahyani yang kini sukses membangun usahanya warung Tegal alias warteg di Taksim, Istanbul, Turki.
Wanita asal Tegal ini mengadu nasib di Turki 9 tahun lalu. Mulanya, ia bekerja nanny atau pengasuh. Setelah itu, ia menemukan pujaan hatinya yang merupakan orang Turki.
Baca Lainnya :
- Menteri Luar Negeri Turki: Netanyahu dan kabinetnya penghalang besar perdamaian0
- Lebanon kecam serangan teroris di fasilitas industri pertahanan Turki0
- Serangan ke Istanbul Alihkan Perhatian Publik dari Pameran Pertahanan Turki0
- Pengusaha Miliarder Indonesia Haryanto Tjiptodihardjo Gelar Pernikahan Megah di Istana Ciragan0
- Pertemuan Trade and Investment Ministerial Meeting (TIMM) in Brazil0
Meski sudah menikah, wanita yang kini dikenal dengan nama Nuriye Oruç itu tetap bekerja. Selain itu, ia juga merintis bisnis dengan berjualan online.
"Pertama orang kenal aku itu dari jualan online. Jual bakso frozen bikinan sendiri, jual pempek kan kita punya forum jual beli. Jadi sering posting-posting orang kenal nama Nuriye Oruç dari aktif jualan online," kata Nuriye di tempat usahanya, Taksim, Turki, Jumat malam (25/10/2024).
Nuriye sendiri mulanya bekerja di luar Istanbul. Kemudian, ia melepas pekerjaannya dan pindah ke Istanbul. Setelah itu, ia pun menjalani bisnis dengan menjual makanan rumahan. Dalam menjalankan usahanya, ia mengaku aktif dalam mengikuti kegiatan bazar.
"Kan biasanya KJRI (Konsulat Jenderal Republik Indonesia) sering buat kayak bazar makanan festival makanan. Entah itu ada acara buka bersama pasti ada bazarnya, entah itu Agustusan nanti juga ada bazarnya, kita selalu aktif jualan di situ. Itu sebelum punya restoran. Jadi mengenalkan makanan itu dari bazar dulu, dari jual rumahan sampai orang tahu," katanya.
Puncaknya, pada 2 tahun lalu ia menerima banyak order makanan. Sementara, tempat tinggalnya tak cukup untuk menggarap pesanan tersebut. Akhirnya, ia pun membuka warteg di wilayah Taksim.
"2 tahun yang lalu kita dapat kateringan banyak banget akhirnya nggak bisa masak di rumah. Kita cari tempat buat buka restoran, ketemulah tempat di sini di Taksim," ungkapnya.
Diakuinya, membuka bisnis di Turki tidaklah mudah. Selain modal, masalah perizinan menjadi tantangannya. Sepengetahuannya, orang Indonesia yang membuka usaha di Turki memakai nama orang Turki.
"Jadi suami saya orang Turki jadi beliau yang urus semuanya, untuk perizinannya," katanya.
Nuriye mengatakan, izin buka usaha dan izin restoran berbeda. Menurutnya, izin usaha lebih mudah didapat dibanding dengan izin membuka restoran. Pemerintah setempat memiliki standar yang tinggi sebagai syarat untuk membuka restoran seperti pembuangan asap, kebersihan dapur dan lain sebagainya.
"Nanti kalau sudah lulus semuanya baru 'OK ini izin restorannya sudah keluar'. Alhamdulillah kita sudah dapat," ungkapnya.
Di Turki, Nuriye menjual berbagai jenis makanan dan minuman. Untuk makanan seperti soto betawi, ketoprak, gado-gado, ayam geprek, nasi goreng, sate ayam, bakso, dan lain sebagainya.
Harga yang bersaing menjadi andalan Nuriye untuk menggaet konsumen. Di warungnya, ia menjual makanan yang paling murah yakni mi nyemek seharga 150 lira turki atau sekitar Rp 60 ribu. Kemudian, untuk yang paling mahal sop buntut 250 lira turki atau sekitar Rp 110 ribu."Untuk standar makanan di sini rata-rata harganya 170 tele (lira turki) berarti harganya sekitar Rp 80 ribuan," katanya.
Singkat cerita, bisnis Nuriye pun berkembang. Saat ini, ia bisa menghasilkan omzet antara Rp 8 juta hingga Rp 20 juta per hari. Ia pun kadang juga mendapatkan penghasilan lebih karena bekerja sama dengan travel.
"Kalau ramai banget Rp 20 juta itu kadang ada omzet dari travel, biasanya kalau travel tagihannya setiap 1 bulan sekali atau 2 minggu sekali, itu biasanya beda dari penghasilan harian yang kita dapat dari customer datang," terangnya.