- Respon KAI Terkait Aktivitas Asusila di Area Jalur Kereta Api
- Presiden Prabowo Umumkan Pemberian THR dan Gaji ke-13 bagi 9,4 Juta Aparatur Negara
- Jadi Buronan, Mantan Presiden Filipina Duterte Akhirnya Ditangkap
- Ilmuan Temukan Bahtera Nabi Nuh di Turkiye
- Erdogan: Turki Tak Akan Biarkan Peta Suriah Diubah
- Turkiye Blokir Israel dalam Keikutsertaan Latihan Militer NATO
- Diawali dengan Dentuman Meriam, Tradisi Unik Berbuka Puasa di Istanbul
- Aktres Film Dewasa asal Jepang, resmi Menjadi Mualaf
- Pemerintah Umumkan Kebijakan THR dan Bonus Hari Raya
- Kisah Penggembala Muslim, Perantau asal Turki kini Miliarder
Warga Palestina: Gencatan Senjata Menyimpan Kenyataan Suram

Keterangan Gambar : Nazar bersama sang istri, Khadra Abu Libda dengan kedua anaknya sedang menikmati makan siang di tengah reruntuhan rumah mereka (foto AP)
Jakarta - Setelah 16 bulan pengeboman dan serangan dari berbagai arah yang tiada henti yang merenggut nyawa lebih dari 46.000 warga Palestina, diantara dari mereka yang tewas adalah wanita dan anak-anak.
Tak sampai disitu, perjuangan masyarakat Gaza bukan lagi sekadar tentang bertahan hidup, melainkan tentang merebut kembali kehidupan mereka di tengah reruntuhan puing bangunan. Mencoba
Baca Lainnya :
- Anindya Bakrie: Kedekatan Prabowo dan Erdogan, Meningkatkan Nilai Perdagangan mencapai USD10 miliar0
- Sinan Yegul, Hadiri Indonesia Economic Summit 2025 Sebagai Tamu VIP0
- Poin Kesepakatan antara Indonesia dan Turkiye saat Kunjungan Presiden Erdogan di Istana Kepresidenan0
- Tiba di Indonesia, Presiden Turkiye Erdogan, Disambut Langsung oleh Prabowo 0
- Pemprov Bogor: Penyambutan Presiden Erdogan di Istana Bogor Diklaim Sangat Meriah 0
"Tetap bertahan hingga tak menghiraukan nyawa seolah seolah rudal sebagai teman hidup" mungkin kalimat tersebut cocok untuk menggambarkan kehidupan Gaza. Terhitung sejak 27 Oktober 2023 militer Israel terus melancarkan serangan brutalnya, namun satu pun warga Palestina meninggalkan tanah air yang amat dicintai. Kini warga Palestina akhirnya dapat menarik nafas panjang hingga air mata kebahagiaan jatuh membasahi tanah Gaza.
Pasca Gencatan Senjata Januari lalu, ribuan warga Gaza kembali sambil memandang rumah yang dahulu mereka tinggali kini rata dengan tanah. Bagi ribuan warga Palestina terlantar yang kembali ke rumah dibawah gencatan senjata menyimpan kenyataan suram yang harus diperjuangkan setiap harinya untuk bertahan hidup.
Sebut saja Nazar, salah satu kisah menyayat hati warga Palestina yang hingga kini masih bertahan hidup ditengah serangan brutal militer zionis yang tak berperikemanusiaan. Nazar beserta istri telah melakukan apa yang bisa dilakukan untuk membangun kembali rumah yang dahulu terpaksa ditinggalkan, kini hampir rata dengan tanah, demi kehidupan keluarga mereka yang tersisa.
Di tengah reruntuhan, Nazar beserta istrinya menyingkirkan beton yang hancur dan tulangan kawat yang bengkok untuk membangun kembali sisa-sisa rumah. Namun na'asnya, Nazar menemukan jasad Putranya terbaring dibalik gundukan beton yang terkubur dalam reruntuhan selama empat bulan lalu. Putranya tewas akibat serangan udara Israel menghampiri rumah mereka. Nazar berusaha keras untuk tetap bertahan hidup dan membangun sisa-sisa rumah, namun, tak ada yang lebih menyiksanya dari pada melihat reruntuhan dimana tempat putranya terkubur.
Dalam sebuah potret terlihat keluarga Nazar yang tampak harmonis sedang menikmati hidangan ditengah puing reruntuhan yang dahulu berbentuk rumah, dengan beberapa sofa beserta meja kecil yang membentuk ruang tamu darurat. Kain-kain tergantung menghiasi ruangan 4x5 meter tersebut.
Perjuangan setiap harinya Warga Palestina bertahan hidup, tak hanya kekurangan asupan makanan saja namun juga air sulit didapat. Air adalah salah satu kebutuhan pokok yang sulit didapatkan setiap harinya. Saat sumur sedang berfungsi, Warga Palestina harus tempuh perjalanan dengan berjalan kaki sejauh tiga kilometer atau 1,8 mil. Lalu setibanya di sumber air tersebut butuh kesabaran menunggu antrian panjang yang menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mendapatkan air. Untuk Makanan dan kebutuhan pokok lainnya, warga Palestina menunggu dari bantuan kemanusiaan, seperti roti, dan sayuran liar yang disebut "khobeiza."
