- 2 Orang Tewas dan Puluhan Orang Terluka Dalam Insiden Teror Dipasar Natal, Jerman
- Kitab Merah Turkiye Mendapat Pembaruan
- Kereta Api Populer Eastern Express di Turkiye akan Melayani 60 Perjalanan Musim Dingin
- Hadiri KTT D-8, Presiden Prabowo Tegas Serukan Persatuan Negara Muslim
- Warga Ilegal Israel Membakar Masjid di Tepi Barat, Gaza
- Mahkamah Internasional meminta Tegaskan Kewajiban Israel terhadap Misi Kemanusiaan PBB di Gaza
- Pakar Hukum Spanyol Ramai-ramai Bikin Petisi Desak Embargo Senjata Terhadap Israel
- Pastikan Kelancaran Saat Libur Nataru, Wapres Gibran Tinjau Proyek Stasiun KCIC Karawang
- BMKG Himbau Masyarakat Waspada Terhadap Cuaca Ekstrem Menjelang Perayaan Natal
- Terkait Pembunuhan Jendral Nuklir, Indonesia jadi Sorotan Media Rusia
Erdogan Marah Kutuk Serangan Genosida di Gaza, Turki Memutuskan Hubungan Dengan Israel
Jakarta - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada hari Rabu 13 November 2024 mengatakan kepada wartawan bahwa negaranya telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel, meskipun Yerusalem belum diberitahu mengenai hal ini.
"Republik Turki yang dipimpin oleh Tayyip Erdogan tidak dapat terus mengembangkan hubungannya dengan Israel. Kami tidak punya niat seperti itu," katanya seperti dikutip oleh saluran TV lokal TRT Harber.
Baca Lainnya :
- Presiden Erdogan Berharap Masih ada Potensi Kerja Sama Dengan Musk0
- Wakil Menteri Perdagangan, Dyah Roro Esti, pada Pembukaan SIAL Interfood 20240
- Imbas Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki0
- Liga Arab Usulkan Coret Israel dari Anggota PBB Imbas Genosida di Gaza dan Lebanon0
- Keras, Setelah setahun lebih Arab Saudi baru menyatakan Israel melakukan genosida di Gaza0
Pengumumannya muncul setelah kritik keras terhadap Erdogan di media Turki, yang mengklaim bahwa, bertentangan dengan pernyataan publiknya yang keras, tampaknya ada "hubungan ekonomi rahasia" dengan Israel.
"Kami telah memutus hubungan dagang dan hubungan dengan Israel, titik.
Di tengah awan yang bergelora, di atas pesawat yang melintasi langit menuju tanah air, Presiden Recep Tayyip Erdogan menyampaikan pernyataan yang mengguncang. Suaranya penuh ketegasan saat menjawab pertanyaan para wartawan yang menemaninya dalam penerbangan pulang dari kunjungan ke Arab Saudi dan Azerbaijan. “Kami telah memutus perdagangan dan hubungan dengan Israel, titik,” ucap Erdogan tanpa keraguan. Pernyataan itu melintas bak petir yang menyambar isu Timur Tengah, membelah realitas politik Turki-Israel dengan garis yang tak tersambung lagi.
Keputusan memutus hubungan ini tak sekadar wacana diplomasi yang melayang tanpa arah. Mei lalu, Turki hampir sepenuhnya menghentikan ekspornya ke Israel setelah tuntutan mereka untuk membuka akses bantuan kemanusiaan ke Gaza tidak diindahkan. Penurunan ekspor sebesar 99% menjadi hanya USD 4,4 juta hanyalah salah satu dari serangkaian aksi konkret Turki terhadap Israel. Selain itu, Turki juga menarik duta besarnya dari Tel Aviv, sebuah isyarat yang menunjukkan sejauh mana Erdogan ingin membatasi interaksi negaranya dengan Israel.
Di panggung internasional, Erdogan membawa isu ini hingga ke Mahkamah Internasional, mendukung Palestina dengan permohonan embargo senjata global terhadap Israel. Baru-baru ini, Turki mengajukan inisiatif embargo senjata di PBB, dan mengundang 52 negara serta organisasi internasional untuk ikut mendukung larangan penjualan senjata ke Tel Aviv. “Kami sudah menyerahkan surat resmi kami kepada presiden Dewan Keamanan PBB dan Sekretaris Jenderal PBB,” tegas Erdogan. Seruan ini menggaung, memantul dari aula Dewan Keamanan hingga ke pertemuan Liga Arab di Riyadh.
Namun, di tengah ketegasan sikap terhadap Israel, Erdogan menyimpan harapan untuk merajut kembali hubungan yang dulu retak dengan negara tetangganya, Suriah. Saat menyebut nama Presiden Suriah Bashar al-Assad, suara Erdogan melunak, penuh harap untuk rekonsiliasi yang dapat meredakan ketegangan regional. Rusia, melalui Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov, menyatakan kesediaannya untuk memfasilitasi perundingan. Pertemuan-pertemuan penting sempat diadakan di Moskow, mengumpulkan utusan dari Turki, Suriah, Rusia, dan Iran, namun konflik kepentingan menunda proses tersebut.
Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS yang baru pun tak luput dari perhatian dari orang nomor satu di Turki.
Erdogan mengatakan ia berharap Presiden terpilih AS Donald Trump akan mengambil pendekatan berbeda terhadap Timur Tengah selama masa jabatannya, tetapi beberapa pesan yang datang dari pihaknya mengkhawatirkan, lembaga penyiaran NTV melaporkan pada hari Rabu.
"Harapan kami adalah Trump mengambil langkah yang sangat berbeda terhadap kawasan ini pada masa jabatan ini karena pesan-pesan yang disampaikan dari waktu ke waktu menjadi perhatian kami," katanya.
Dengan hati-hati ia berharap, Trump dapat melangkah berbeda dari pendahulunya dalam mengatasi konflik Timur Tengah. “Harapan kami adalah Trump mengambil langkah yang sangat berbeda terhadap kawasan ini,” ungkapnya. Meski nada optimis terdengar, Erdogan tetap waspada, menyadari bahwa kebijakan Trump yang baru dapat mengubah atau malah memperumit lanskap Timur Tengah.
Dari ribuan meter di udara, Erdogan membawa suara rakyat Turki, menyuarakan dukungan penuh untuk Palestina, memutus hubungan yang tak lagi sejalan, namun tetap mengharap akan hadirnya jalan damai di kawasan yang terbelah ini.