Ilmuan Temukan Bahtera Nabi Nuh di Turkiye

By Icu Bransky 12 Mar 2025, 10:26:54 WIB Islamic World
Ilmuan Temukan Bahtera Nabi Nuh di Turkiye

Keterangan Gambar : Struktur geologi berbentuk perahu besar di Gunung Ararat, Turki yang diklaim para ilmuwan Eropa merupakan sisa-sisa Bahtera Nuh karena bukti baru menunjukkan daerah tersebut pernah terendam banjir 5.000 tahun yang lalu. (noahsarkscans)


Jakarta - Kisah Nabi Nuh dalam Alquran dapat ditemukan dalam beberapa surah yaitu QS Al-A'rāf: 59, QS Al-Mu'minûn: 23, QS. Nûh: 1-20, QS Hûd 26-31 dan QS Hûd 36-37.


Umat muslim di dunia pasti tahu cerita tentang Nabi Nuh, Rasul yang pertama kali diutus oleh Allah SWT kepada kaumnya yang sudah menyimpang dari agama fitrah (Islam) dan menyampaikan dakwah kepada kaumnya selama 950 tahun.

Baca Lainnya :


Berbicara mengenai Nabi Nuh yang selalu diingat tentu saja bahtera atau kapal besar yang dibuatnya dan mampu menyelamatkan sang Rasul bersama pengikutnya saat Allah mengirimkan banjir ke bumi dan menghancurkan seluruh kehidupan.


Kini setelah 5.000 tahun setelah air bah tersebut diperkirakan surut, para ilmuwan Eropa mengklaim telah menemukan lokasi perahu yang terkenal itu. 


Sebuah tim peneliti internasional mengklaim gundukan berbentuk perahu yang terletak 18 mil atau sejauh 30 kilometer di selatan Gunung Ararat di Turki sebenarnya adalah sisa-sisa fosil kapal kayu. Formasi Durupinar, gundukan tersebut, disebut adalah struktur geologi setinggi 163 meter (538 kaki) yang terbuat dari jenis bijih besi yang disebut limonit. 


Gundukan ini telah lama memikat para peneliti karena bentuk dan strukturnya hampir sama dengan yang disebut bahtera dalam Alquran juga Alkitab. Bukti baru menunjukkan gundukan tersebut benar-benar mengalami banjir dahsyat 5.000 tahun yang lalu. Hal ini mendukung catatan Alkitab tentang banjir yang melanda wilayah tersebut antara tahun 3000 dan 5500 Sebelum Masehi.


“Studi kami menunjukkan wilayah ini menyimpan kehidupan pada periode tersebut dan pada suatu saat, wilayah ini ditutupi oleh air, yang memperkuat kemungkinan sebuah peristiwa bencana yang sangat besar telah terjadi,” kata para peneliti dilansir dari laporan dailymail.co.uk pada hari Selasa (11/3).


Sejak tahun 2021, sebuah kolaborasi antara Istanbul Technical University, Agri Ibrahim Cecen University dan Andrews University di Amerika Serikat telah mempelajari situs tersebut di bawah bendera Tim Penelitian Gunung Ararat dan Bahtera Nuh.


Dalam Simposium Internasional ke-7 tentang Gunung Ararat dan Bahtera Nuh, para peneliti mempresentasikan bukti-bukti baru yang dapat mendukung teori mereka struktur di gunung tersebut adalah sebuah kapal kuno.


Para peneliti mengambil 30 sampel tanah dan batuan dari sekitar Formasi Durupinar dan mengirimkannya ke Universitas Teknik Istanbul untuk dianalisis. Hasil tes menunjukkan tanah tersebut mengandung jejak material seperti tanah liat, endapan laut dan bahkan sisa-sisa kehidupan laut seperti moluska. Penanggalan sampel-sampel ini menunjukkan usianya antara 3.500 dan 5.000 tahun.


Hal ini menunjukkan Formasi Durupinar dan daerah sekitarnya ditutupi oleh air pada periode waktu yang sama dengan catatan di kitab suci.


Menurut penafsiran secara harfiah, dunia ditutupi oleh air selama periode Chalcolithic - suatu periode yang berlangsung dari tahun 5500 hingga 3000 SM. “Berdasarkan hasil awal, diyakini ada aktivitas manusia di wilayah ini sejak periode Chalcolithic,” jelas peneliti utama Profesor Faruk Kaya.


Jika hal ini benar tentu memperkuat klaim Formasi Durupinar adalah perahu yang sama persis dengan perahu yang digunakan oleh Nabi Nuh untuk bertahan hidup dari air bah purba.


Selain bukti baru ini, argumen utama yang mendukung teori Bahtera Nuh adalah bentuk dan lokasi Formasi Durupinar. Di kitab suci disebutkan Nabi Nuh diperintahkan untuk membuat sebuah perahu yang memiliki 'panjang tiga ratus hasta, lebar lima puluh hasta dan tinggi tiga puluh hasta. Meskipun konversi dari satuan Alkitab sulit dilakukan, beberapa ahli memilih untuk menafsirkannya dengan menggunakan hasta standar Mesir, yaitu 52,4 sentimeter. Dengan menggunakan satuan tersebut, panjang bahtera Nuh adalah 515 kaki (157 m) yang mendekati 168 meter (538 kaki) dari formasi Durupinar.


Selain itu, catatan menyatakan Bahtera Nuh berhenti di Pegunungan Ararat. Formasi Durupinar terletak hanya 18 mil ke arah selatan (30 km) dari Gunung Ararat, puncak tertinggi di Turki.


Sejak ditemukan pada tahun 1948, faktor-faktor ini telah membuat banyak orang berteori struktur geologi berbentuk perahu tersebut benar-benar merupakan fosil kayu Bahtera Nuh. Namun bukti terbaru ini masih jauh dari konklusif. “Dengan penanggalan yang ada, tidak mungkin untuk mengatakan kapal itu ada di sini,” sebut Profesor Kaya.


Teori Bahtera Nuh telah dikritik keras oleh para ahli geologi yang berpendapat Formasi Durupinar tidak lebih dari fitur geologi alami.


Dalam sebuah artikel tahun 2016, Profesor Lorence Collins dari California State University Northridge menunjukkan struktur seperti perahu itu sebenarnya dibentuk oleh erosi batuan dasar di sekitarnya oleh puing-puing longsor.


Selain itu, seperti yang ditunjukkan oleh Profesor Collins dalam sebuah penelitian terpisah, bukti geologis dengan jelas menunjukkan bahtera yang diduga jauh lebih tua daripada endapan banjir di sekitarnya.


Namun Tim Peneliti Gunung Ararat dan Bahtera Nuh bersikeras penelitian lebih lanjut diperlukan dan terus menggalang dana untuk membangun pusat pengunjung di situs tersebut.




Sumber Koran Kaltim 





Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment